Ketika para pakar sudah tidak didengarkan lagi

Pernah gak sih kita ketemu dengan orang yang merasa lebih pintar dan merasa paling benar padahal dia bukan ahlinya? Misalnya ada pasien yang mendiagnosa dirinya sendiri dan menolak saran dokter spesialis. Atau ada orang yang baru belajar agama setahun, tapi sudah berani mendebat pendapat kiai yang mesantrennya aja belasan tahun. Atau seorang penjual suplemen diet yang berani menganulir pendapat seorang dokter gizi. Atau mungkin ada juga seorang tukang bangunan yang merasa lebih tahu soal konstruksi bangunan di hadapan seorang ahli teknik sipil? Fenomena ini menjadi satu isu menarik yang dibahas seorang penulis Amerika yang bernama Tom Nichols, dalam bukunya yang berjudul The Death of Expertise, atau Matinya Kepakaran. Secara garis besar, buku ini membahas fenomena di mana masyarakat modern semakin menolak otoritas dan keahlian, meskipun keahlian itu berbasis ilmu pengetahuan dan pengalaman yang mendalam. Nichols menguraikan bagaimana tren ini muncul, dampaknya terhadap masyarakat, sert...

The Real Hero


Terkadang, pahlawan tak selalu harus tercantum namanya di antara pahlawan-pahlawan sebagaimana dikenal orang. Pahlawan dalam artian yang sederhana rupanya banyak berkeliaran di sekitar kita. Tukang beca supir angkot, guru, petani, semua itu adalah pahlawan bagi mereka yang membutuhkan jasa mereka. Sebagai seorang anak, ibu adalah sosok pahlawan dalam hidup kita. Ada banyak ‘peperangan’ yang telah dilakukan ibu untuk anaknya. Persoalan mengandung selama kurang lebih sembilan bulan, bukanlah persoalan yang mudah. Hilir mudik dengan dua badan sekaligus, namun tetap dengan porsi tenaga yang sama bukanlah hal yang enteng dan bisa diremehkan. Setelah itu, ada pertaruhan nyawa yang terjadi ketika sang anak hendak melihat dunia. Mungkin saja, dengan mendengar tangis pertama sang anak segala perih ibu seolah terbayar, katanya. Ditambah dengan masa pengasuhan, dan sebagainya, dan sebagainya.
Saya kira, tak ada seorang ibu pun yang menginginkan anaknya bernasib buruk atau sama dengan nasib orang tuanya. Segala nama yang baik-baik mereka tumpahkan di balik nama anaknya, hanya karena ingin anaknya menjadi lebih baik dari pada kehidupan orang tuanya. Sejak saat itu, mimpi orang tua, ibu khususnya, telah dimulai. Bahkan jauh sebelum anak itu lahir, mimpi-mimpi tentang anaknya, telah ibu susun sedemikian rupa. Berbagai doa dilantunkan, agar anak yang diharapkan kehadirannya tak hanya menjadi harapannya, tapi juga harapan bagi banyak orang. Setelah lahir, proses terbaik untuk menjadi manusia yang diharapkan adalah pendidikan. Pendidikan menjadi bagian terpenting dalam hidup manusia yang menjadi wasilah yang akan menjadikan manusia menjadi pribadi yang lebih baik. ‘Peperangan’ ibu masih berlanjut, terlebih ketika pendidikan anak masih dihadapkan pada persoalan biaya. Tak semua ibu diciptakan Tuhan dengan harta yang banyak. Ada yang lebih, ada yang pas-pasan, ada juga yang kurang. 

Secara substansial, dengan keadaan apapun, keringat ibu selalu hadir dalam setiap proses kehidupan anak, sampai kapan pun. Bahkan ketika seorang anak mampu bertahan hidup dengan ilmu yang dimilikinya, mencapai kesuksesan yang diinginkan, senyuman yang erpancar dari air muka anak sejatinya milik ibu. Ibu memiliki hak penuh untuk menikmati dan memiliki senyuman anak dalam cerita kesuksesannya. Maka, jelaslah bahwa ibu adalah pahlawan yang tak boleh dan haram hukumnya untuk dilupakan. Suatu hal yang senada dengan hadir nabi saw yang mengisyaratkan bahwa ibu memiliki tiga kedudukan lebih tinggi dibanding ayah. Jasanya yang luar biasa tak mampu dielakkan, sangat membekas, meninggalkan jejak, itulah pahlawan sesungguhnya.

Komentar