Menelusuri Perjalanan Psikologis Seorang "Pria yang Mencuci Piring"

Apa jadinya ketika seorang psikiater, yang notabene tukang ngobatin orang-orang sedih dan kehilangan, malah mengalami kesedihan dan kehilangan? Buku ini menawarkan perspektif menarik tentang proses berduka melalui pengalaman pribadi seorang psikiater, dr. Andreas Kurniawan, Sp.KJ., yang menghadapi kehilangan anaknya. Dengan gaya penulisan yang sederhana dan penuh makna, buku ini mengajak pembaca untuk menyelami dunia psikis seseorang yang berjuang untuk mengatasi kesedihan dan menemukan kembali kekuatan untuk melanjutkan hidup. Buku ini disusun dengan gaya yang mudah dipahami, menggunakan diksi sederhana yang cocok untuk kalangan luas. Meskipun penulis adalah seorang profesional medis yang akrab dengan istilah psikologi dan kedokteran, ia berhasil mengemas konsep-konsep tersebut dalam bahasa yang sangat mudah dipahami, sehingga pembaca dari berbagai latar belakang dapat menikmati dan mengambil manfaat dari pembacaannya. Secara struktur, buku ini terdiri dari 16 judul, yang secara berur...

Khutbah Jumat - Membantu Tanpa Pandang Bulu


Khutbah I

الحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۖوَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Pada hari yang mulia ini, khatib menyeru kepada jamaah sekalian untuk senantiasa menjaga dan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah dengan semaksimal mungkin, takwa dalam artian menjauhi segala larangan yang ditetapkan Allah subhânahu wa ta’âla dan menjalankan perintah-Nya. Karena dengan ketakwaan, setiap persoalan hidup yang kita alami akan ada jalan keluarnya dan akan ada pula rezeki yang datang kepada kita tanpa disangka-sangka.


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Kita semua tahu bahwa kita semua adalah makhluk sosial. Dalam peradaban Islam, konsep manusia sebagai makhluk sosial telah lama diakui.Salah satunya dalam teori Ibn Khaldun, ia memperkenalkan konsep ‘asabiyyah—solidaritas sosial—yang menekankan pentingnya kebersamaan dan kerja sama dalam membangun peradaban. Menurutnya, manusia secara alami hidup berkelompok karena tidak dapat memenuhi semua kebutuhannya sendiri. Ibn Khaldun juga berpendapat bahwa kekuatan sebuah kelompok terletak pada solidaritas sosial dan kerja sama antar individu.


Dengan pemahaman ini, kita bisa merefleksikan bahwa sejak awal kehadiran kita di dunia, peran orang lain sangat vital, mulai dari ibu sebagai perantara kelahiran hingga bidan yang membantu proses tersebut. Seiring tumbuh dari anak-anak hingga dewasa, kita terus bergantung pada orang tua. Saat menghadapi kesulitan atau kebutuhan tertentu, kita mencari dukungan dari tetangga dan masyarakat sekitar. Dalam menghadapi permasalahan hidup, kita membutuhkan seseorang yang mau mendengarkan, dan ketika ajal tiba, bahkan kita memerlukan orang lain untuk mengurus jenazah kita.


Teori Ibn Khaldun tentang ‘asabiyyah menegaskan bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri, melainkan membutuhkan kebersamaan untuk bertahan. Oleh karena itu, pelajaran yang ditanamkan sejak dini adalah untuk tidak pernah lelah membantu sesama yang membutuhkan, karena dalam setiap tindakan kebaikan itulah kekuatan sosial kita terbentuk.


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Islam sangat menganjurkan umatnya untuk saling membantu dan mempererat tali persaudaraan. Tolong-menolong ini tidak terbatas pada status atau latar belakang apapun. Baik kepada orang kaya maupun miskin, terdidik atau tidak, bahkan muslim atau non-muslim, selama bantuan itu berada dalam ranah sosial dan kebaikan, tidak ada alasan untuk tidak menolong. Namun, jika bantuan tersebut terkait dengan kejahatan atau keburukan, Islam dengan tegas melarangnya. Hal ini dipertegas oleh Allah dalam Al-Qur'an, Surah Al-Maidah ayat 2:

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Menolong orang lain, terutama mereka yang sedang menghadapi kesulitan, memberikan banyak manfaat, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang yang ditolong. Bahkan, tindakan ini juga membawa dampak positif bagi kondisi masyarakat secara keseluruhan. Dalam konteks kita sebagai muslim, menolong sesama Muslim mencerminkan nilai-nilai persaudaraan yang digambarkan oleh Nabi Muhammad saw. dalam hadits riwayat Imam Muslim:

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

“Orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila salah satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh akan ikut terjaga dan merasakan sakitnya.”


Lebih lanjut, Rasulullah juga menegaskan pentingnya membantu sesama Muslim dalam hadits riwayat Imam Muslim:

مَنْ نَـفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُـرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَـفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُـرْبَةً مِنْ كُـرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، 

“Siapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang Mukmin, maka Allah akan melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat.

وَمَنْ يَسَّرَ عَلَـى مُـعْسِرٍ، يَسَّـرَ اللهُ عَلَيْهِ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، 

Siapa memudahkan urusan orang yang kesulitan, maka Allah akan memudahkan baginya di dunia dan akhirat.

وَمَنْ سَتَـرَ مُسْلِمًـا، سَتَـرَهُ اللهُ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، 

Siapa yang menutupi aib seorang Muslim, Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat.

وَاللهُ فِـي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ

Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya.”


Dalam hadits lainnya, Rasulullah memerintahkan umatnya untuk menolong orang yang terzalimi bahkan juga orang yang berbuat zalim. Beliau bersabda:

انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا

“Tolonglah saudaramu ketika dia berbuat zalim atau ketika dia dizalimi.”


Para sahabat bertanya bagaimana mungkin dan bagaimana caranya kita menolong orang zalim? Rasulullah menjelaskan bahwa menolong orang zalim adalah dengan mencegahnya dari perbuatan zalim: 

تَأْخُذُ فَوْقَ يَدَيْهِ

“Pegang tangannya (tahan ia dari perbuatan zalim).”


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Kalau kita mengacu kembali ke teori Ibnu Khaldun tadi, merujuk pada pendapatnya, bahwa kekuatan dan kemajuan sebuah masyarakat bergantung pada solidaritas sosial dan bagaimana individu-individu dalam masyarakat tersebut saling mendukung. Dengan demikian, menolong sesama tidak hanya memperkuat hubungan antarindividu, tetapi dalam bingkai yang lebih besar dapat membangun ketahanan dan keharmonisan sosial. 


Dari uraian singkat tadi kiranya dapat menjadi pelajaran bagi kita semua agar bermurah hati menolong sesama Muslim karena mereka adalah saudara kita, pun menolong sesama manusia lain meskipun bukan seagama dengan kita. Karena siapa tahu, perbuatan baik yang kita lakukan untuk orang lain bisa jadi jalan Allah membukakan pintu taufik dan hidayah-Nya untuk orang lain yang belum menemukan Allah, dan perbuatan baik kita kepada orang lain juga jadi jalan bagi diri kita sendiri agar semakin dekat dengan Allah swt.


بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هٰذَا فَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


Khutbah II


الْحَمْدُ لِلّٰهِ وَ الْحَمْدُ لِلّٰهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلّٰهِ. أَشْهَدُ أنْ لَآ إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ


أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ. اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ


اللّٰهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ


عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر


Komentar