Menelusuri Perjalanan Psikologis Seorang "Pria yang Mencuci Piring"

Apa jadinya ketika seorang psikiater, yang notabene tukang ngobatin orang-orang sedih dan kehilangan, malah mengalami kesedihan dan kehilangan? Buku ini menawarkan perspektif menarik tentang proses berduka melalui pengalaman pribadi seorang psikiater, dr. Andreas Kurniawan, Sp.KJ., yang menghadapi kehilangan anaknya. Dengan gaya penulisan yang sederhana dan penuh makna, buku ini mengajak pembaca untuk menyelami dunia psikis seseorang yang berjuang untuk mengatasi kesedihan dan menemukan kembali kekuatan untuk melanjutkan hidup. Buku ini disusun dengan gaya yang mudah dipahami, menggunakan diksi sederhana yang cocok untuk kalangan luas. Meskipun penulis adalah seorang profesional medis yang akrab dengan istilah psikologi dan kedokteran, ia berhasil mengemas konsep-konsep tersebut dalam bahasa yang sangat mudah dipahami, sehingga pembaca dari berbagai latar belakang dapat menikmati dan mengambil manfaat dari pembacaannya. Secara struktur, buku ini terdiri dari 16 judul, yang secara berur...

Membincang Pendidikan di Mentari X MCE Conference 2023


Pada hari Sabtu, 04 Februari 2023, saya mengikuti konferensi pendidikan yang dilaksanakan oleh Mentari Group dan Marshall Cavendish Education (MCE) dengan tema Shaping The Future of Education Through Innovative Strategies. Konferensi tersebut dilaksanakan di Hotel Ciputra, Jakarta, dari pukul 08.30 sampai 15.00 WIB.

Konferensi tersebut terdiri dari Plenary Session dan dua sesi Breakroom. Dalam Plenary Session, Dr. Charles Chew selaku Prinsipal Consultant MCE Singapura menjabarkan kerangka pendidikan di era 4.0 (Education 4.0 Framework). Dikutip dari berbagai hasil riset, Pendidikan 4.0 memiliki delapan karakteristik; empat di antaranya dalam konten belajar (content learning), empat lainnya dalam pengalaman belajar (learning experience).

Karakteristik konten belajar dalam kerangka Pendidikan 4.0 antara lain Kewarganegaraan Global (Global Citizenship), Inovasi dan Kreativitas (Innovation and Creative Skills), Penguasaan Teknologi (Technological Skill), dan Kemampuan Interpersonal (Interpersonal Skill). Sedangkan karakteristik pengalaman belajar antara lain terdiri dari  Gaya Belajar Mandiri dan Independen (Personalized and Self-paced Learning), Kolaborasi dan Pemecahan Masalah (Problem-based and Collaborative Learning), dan Pembelajar Sepanjang Masa (Long Life Learning).

Dr. Charles Chew menekankan bahwa investasi dalam pengembangan diri para guru di lembaga pendidikan adalah pilihan yang tepat dan strategis. Menurutnya, dengan meningkatkan kualitas seorang guru, otomatis akan meningkatkan kualitas para murid. Tambahnya, guru berkualitas dibutuhkan adanya dalam rangka membangun sekolah masa depan yang menuntut para siswanya harus berketerampilan sebagai warga dunia.

Dalam presentasinya, ia juga menyampaikan berbagai riset yang telah dilakukan di berbagai negara tentang indikator yang paling dibutuhkan di dunia pendidikan. Hasil risetnya di Indonesia, ia menyimpulkan bahwa para siswa di Indonesia membutuhkan satu hal krusial yang saat ini belum terpenuhi: keterampilan sebagai warga dunia (global citizenship skills). Dunia yang saat ini sudah sangat minim sekat dan jarak, apalagi dengan hadirnya arus informasi yang begitu cepat dan terbuka, menuntut para pelajar Indonesia saat ini dan masa mendatang untuk memiliki keterampilan-keterampilan tertentu.

Setelah selesai Plenary Session, ada istirahat selama 45 menit untuk kudapan. Setelah itu, Breakout I dilaksanakan di tiga track yang berbeda. Setiap peserta konferensi harus memilih satu dari tiga track ini. Track 1 mengangkat tema tentang praktik pedagogi, dengan subtema pedagogi abad 21 yang berpusat pada siswa. Track 2 tentang literasi digital dan teknologi, dengan subtema coding dalam pendidikan Mipa (STEM Education). Sementara Track 3 tentang kepemimpinan dan pengembangan profesional, dengan subtema membina Komunitas Belajar Profesional (Professional Learning Community [PLC]) secara efektif di lingkungan sekolah.


Pilihan track ini ditentukan ketika pendaftaran. Sayangnya, karena saya didaftarkan oleh sekolah, saya tidak tahu menahu proses ini sehingga saya hanya terima jadi, sudah tertulis nama dan di track mana. Kebetulan saya tercantum nama di Track 2, padahal saya bukan guru STEM

Untungnya, instruktur di track ini sangat kompeten dan mampu membuat materinya kompatibel dengan peserta yang tidak semuanya guru STEM. Materi ini disampaikan oleh Dr. Koh Siew Peng, seorang pakar dari Singapura. Materi inti dari track ini adalah mengajarkan berpikir komputasi (computational thinking) dalam pembuatan modul ajar. Kita diajarkan serangkaian kode sederhana yang biasa digunakan di dunia koding, seperti penggunaan kode IF, THEN, PRINT, SHOW, ELSEIF, ENDIF, dan lain-lain. Kode-kode ini juga diterjemahkan dalam bentuk Flowchart.

Track 1 selesai pada pukul 12.15 WIB. Ada istirahat untuk makan siang dan salat, sebelum akhirnya kembali belajar di sesi Breakroom II. Breakroom II juga terdiri dari tiga track yang berbeda, sebagaimana di sesi sebelumnya. Track 1 membahas tentang pembelajaran di kelas berbasis masalah (problem-based learning). Track 2 tentang penggunaan kecerdasan buatan untuk pendidikan dan pengajaran (artificial intelligence). Track 3 tentang dampak pengembangan profesional terhadap praktik guru dalam mengajar. Pada sesi ini, saya masuk ke track yang ketiga, dengan pemateri Dr. Charles Chew.

Sejujurnya, saya agak kurang nyaman di sesi ketiga ini, dikarenakan bahasa Inggris Dr. Chew agak sulit untuk dicerna. Aksen Singapuranya sangat kental, sehingga otak saya agak lama mencerna kata demi kata yang diucapkan.

Di sesi ini, Dr. Chew memberi pengertian bahwa pengembangan profesional (professional development) merupakan usaha sistematis untuk membawa perubahan pada diri seorang guru dalam aspek (a) pengetahuan, (b) keyakinan/paradigma dan sikap, dan (c) praktik di kelas untuk meningkatkan hasil capaian siswa. Di sesi ini, para peserta diajak untuk berdiskusi dalam kelompok kecil tentang aktivitas yang efektif untuk meningkatkan pengembangan diri bagi guru dan kepala sekolah. 


Setelah berdiskusi, Dr. Chew menyampaikan hasil riset Garet pada tahun 2001, bahwa pengembangan profesional punya dampak yang signifikan bagi seorang guru dengan beberapa metode, antara lain melalui kolaborasi, pembelajaran aktif, pelatihan yang relevan dan sesuai tuntutan kerja, dan pendidikan berkesinambungan. Sesi ini berakhir pada pukul 15.00 WIB, sekaligus menjadi bagian penutup dari kegiatan konferensi.

Konferensi ini dihadiri oleh ratusan guru dan kepala sekolah dari berbagai daerah, yang secara umum merupakan mitra Mentari Group dalam penggunaan buku ajar siswa. Jika dilihat dari profil para pesertanya, mayoritas merupakan para guru sekolah internasional yang berada di kawasan Jabodetabek dan beberapa kota besar di area Jawa Barat dan Banten. Ada banyak guru asing yang juga turut hadir, seperti WN Singapura, India, Australia, Amerika, dan lain-lain.

Acara ini merupakan acara tahunan yang diadakan Mentari Group, untuk meningkatkan kualitas para pendidik, khususnya di Indonesia, melalui konferensi terbuka yang mengangkat isu-isu terkini di dunia pendidikan. Konferensi ini sepenuhnya menggunakan bahasa Inggris, dengan kepakaran para pembicara yang, menurut saya, cukup memuaskan.

Pada pukul 15.30 WIB, saya pun kembali bertolak ke Purwakarta, tentunya setelah foto sana-sini terlebih dahulu.

Minggu, 05 Februari 2023.

   

Komentar