Menelusuri Perjalanan Psikologis Seorang "Pria yang Mencuci Piring"

Apa jadinya ketika seorang psikiater, yang notabene tukang ngobatin orang-orang sedih dan kehilangan, malah mengalami kesedihan dan kehilangan? Buku ini menawarkan perspektif menarik tentang proses berduka melalui pengalaman pribadi seorang psikiater, dr. Andreas Kurniawan, Sp.KJ., yang menghadapi kehilangan anaknya. Dengan gaya penulisan yang sederhana dan penuh makna, buku ini mengajak pembaca untuk menyelami dunia psikis seseorang yang berjuang untuk mengatasi kesedihan dan menemukan kembali kekuatan untuk melanjutkan hidup. Buku ini disusun dengan gaya yang mudah dipahami, menggunakan diksi sederhana yang cocok untuk kalangan luas. Meskipun penulis adalah seorang profesional medis yang akrab dengan istilah psikologi dan kedokteran, ia berhasil mengemas konsep-konsep tersebut dalam bahasa yang sangat mudah dipahami, sehingga pembaca dari berbagai latar belakang dapat menikmati dan mengambil manfaat dari pembacaannya. Secara struktur, buku ini terdiri dari 16 judul, yang secara berur...

Orang-Orang Baik yang Membawa Pengaruh Baik

Di bandara Jeddah 2019 lalu, saya dan tiga orang teman akan terbang menuju Cairo. Di konter lapor diri (check in), tiga orang teman saya kena masalah berat bagasi yang lebih dari jatah yang diharuskan. Dinego sana-sini pun, kelebihan berat bagasi tak kunjung diloloskan oleh petugas lapor diri. Dalam proses negosiasi yang alot, waktu semakin cepat berjalan dan pesawat pun semakin dekat ke jadwal berangkat. Sampai akhirnya salah satu teman kami yang mengantar ke bandara, namanya Ali, ia bertanya ke petugas, "harus bayar berapa untuk kelebihan bagasinya?" Lalu petugas pun menjawab kira-kira sekitar dua ribu riyal saudi (setara delapan juta rupiah kurang sedikit). Tanpa diduga, Ali mengeluarkan kartu ATM-nya dan membayar nominal tersebut. Ia membayarkan kelebihan bagasi ketiga teman saya, padahal kami semua benar-benar orang yang baru saling kenal di Makkah, bahkan yang kenal lebih dulu dan sering berinteraksi setiap hari dengan Ali hanya saya, lantaran kami tinggal satu lantai di hotel yang sama. Sementara dua orang teman saya yang lain tidak mengenal Ali, bahkan baru ketemu dan kenal di bandara saat itu. Nampaknya, itu menjadi momen pertama saya terharu melihat orang berbuat baik. Meskipun bukan saya yang menerima kebaikan itu secara langsung, tapi efeknya buat saya sangat besar dan bikin kita malu hati. Kenapa ada orang yang segitu baiknya pada siapapun, bahkan sama orang lain yang bahkan baru ia temui? Tentu kebaikan Ali bukan soal nominal uang atau materi, tapi ketulusannya membantu orang adalah hal yang jauh lebih bernilai dari sekadar uang dua ribu riyal.

Foto Saya, Ali, dan Pak Umam
Jauh sebelum kejadian di bandara itu, saya mengenal Ali kurang lebih dua bulan lamanya selama tinggal di Makkah. Ia sering kali traktir saya makan atau kulineran, dan tak pernah mau ditraktir balik. Bahkan setelah tahu sifatnya yang begitu, saya tak pernah lagi berani bertanya atau nitip beliin sesuatu ke Ali, karena tahu pasti akan digratiskan dan ia tak pernah mau diganti. Ali merupakan WNI keturunan Arab yang lahir dan besar di Saudi. Ingatan soal Ali sampai kapan pun akan saya kenang dengan baik, dan saya yakin, kebaikannya akan terus mengalir untuknya. Di tahun 2021 lalu, saya mendengar kabar bahwa Ali telah meninggal dunia. Sebuah kabar mengejutkan, yang seketika saya bilang ke diri sendiri bahwa dunia ini kehilangan satu orang baik. Semoga Allah tempatkan di tempat terbaik, amin.

Minggu lalu saat saya berada di Pare, Kediri, saya tiba-tiba terserang demam berhari-hari yang tak kunjung turun. Setelah habis empat panadol dan dua paracetamol, barulah saya sadar bahwa ini bukan demam biasa dan akhirnya pergi ke dokter. Dokter bilang, demam saya dicurigai sebagai demam berdarah (DBD) berdasarkan hasil cek lab. Pulang dari dokter bukannya makin membaik, panas saya makin tinggi dan pusing makin menjadi. Sampai akhirnya saya iseng chat teman saya yang kebetulan tinggal di Pare, namanya Miqdad, bahwa saya sedang demam tinggi sejak beberapa hari lalu. Gak lama dari obrolan itu, ia datang dan langsung membawa saya ke IGD rumah sakit terdekat. Awalnya saya tak ingin ke rumah sakit karena sadar betapa akan merepotkannya jika sakit dan harus menginap di RS. Tapi di sisi lain, saya juga sadar bahwa tubuh saya sedang lunglai-lunglainya dan tak bisa apa-apa selain ingin segera dirawat dokter (cantik).

Bapak Miqdad sedang kerja sambil jaga
Singkat cerita, saya dirawat di rumah sakit selama lima hari, dan Miqdad adalah orang yang selalu datang berkunjung tiap kali ia punya waktu kosong. Pagi-pagi ia rela telat masuk kerja demi jaga di rumah sakit dan beliin seabreg jus jambu merah dan aneka nutrisi. Istirahat siang, pulang kerja, bahkan malam hari sampai larut, ia menemani saya di rumah sakit. Jatuh sakit di kota orang, tanpa ada satu pun keluarga, adalah hal yang ternyata tidak mudah. Sudah sakit, sepi pula. Apalagi jika rumah sakitnya berhantu, hih, makin-makin. Dan saya gak pernah mengira bahwa Miqdad hadir menjadi "keluarga" yang membuat pengalaman DBD saya terlewati dengan banyak makna. Jika tanpa DBD, mungkin saya tak akan bertemu kebaikan Miqdad yang rela berkorban waktu dan materi untuk saya yang temen deket banget juga bukan, cuma temen kuliah satu angkatan yang sama-sama pernah gak naik tingkat dan pernah tertawa satir menertawakan nasib sebagai mahasiswa tua yang susah lulus.

Kebaikan Miqdad dan Ali menjadi trending topic di kepala saya akhir-akhir ini. Saya tak pernah berbuat kebaikan sebesar pengorbanan yang mereka lakukan, tapi kok bisa-bisanya Tuhan memilih saya untuk menerima kebaikan yang luar biasa dari dua orang baik ini. Dan ribuan orang baik lainnya yang saya temui setiap hari, membuat saya sadar bahwa berbuat baik pada orang lain bukan jenis transaksi yang bisa dinilai dengan logika manusia. Jika kebaikan orang lain bisa sebegitu berkesannya buat hidup saya, bahkan mempengaruhi saya untuk juga melakukan kebaikan, maka saya pun harus melakukan banyak kebaikan untuk orang lain. Tanpa pandang bulu, tanpa pandang pertimbangan apakan hal yang saya lakukan ini akan mendapat timbal balik atau tidak. 

Ada satu iri yang dibolehkan oleh agama, yaitu iri pada orang kaya yang dengan kekayaannya ia bisa menolong orang banyak, bisa sedekah lebih banyak, bisa membantu memaslahatkan umat dalam cakupan yang luas.

Hari ini, trombosit saya sudah di level aman dan sudah tidak ada deman lagi. Ceritanya sudah sembuh, tapi kadang-kadang kepala masing keleyengan. Entah karena masih ada efek gigitan nyamuk, entah karena nama kamu muter-muter terus di pikiran aku. Hadeuh...

Jumat, 23 Desember 2022.

Komentar