/1/
Lahirnya kesepakatan untuk membentuk KPMJB Mesir di pertengahan tahun 1977 dipelopori oleh pemikir-pemikir yang melihat peluang kebaikan jika cerita para perantau asal Jawa Barat di Mesir disatukan dalam ikatan visi yang sama. Sebut saja Dudung Abdul Halim, Endang Yusuf, Sulaeman, dan Abu Bakar adalah beberapa nama yang turut memperjuangkan awal mula pondasi KPMJB.
Dalam Prospektus KPMJB yang senantiasa diperbarui setiap tahun, bagian yang tak pernah berubah ada pada pendahuluannya, di mana sejak halaman pertama kita disuguhi pernyataan bahwa pemilihan nama 'kekeluargaan' dan 'masyarakat' merupakan dua lema yang sangat beralasan. Penjelasan yang ringkas cukup mampu mendeskripsikan bahwa perkumpulan ini amat sangat menjungjung tinggi fungsi sosialnya. Sebagai wadah silaturahmi, wadah kegiatan kemasyarakatan, yang lalu dilabeli pergerakan di bidang pendidikan dan dakwah sebagai syarat mutlak hidupnya insan akademis. Sebagai bagian yang tak bisa dibantah, istilah Tri Darma Perguruan Tinggi nyatanya juga termaktub dalam dokumen prospektus ini. Pendidikan, penelitian, dan pengabdian merupakan tiga hal yang juga harus menjadi ruh bagi semua aktivitas kekeluargaan dan keorganisasian ini. Maka sebagai bagian dari dinding-dinding dan jendela rumah KPMJB, sudah sepatutnya semua program yang ada harus selaras dengan pondasi yang sudah sejak lama dibangun. Lalu bagaimana jika pada kenyataannya ada tembok berdiri tidak di atas pondasinya?
Kekhawatiran ini yang kemudian diterjemahkan para aktivis KPMJB menjadi Garis-garis Besar Haluan Organisasi (GBHO), yang di dalamnya mencakup, salah satunya, rencana strategis yang perlu ditempuh agar perjalanan ke depan lebih terencana dan sesuai dengan visi yang diharapkan. Ada rencana strategis jangka pendek, ada rencana strategis jangka panjang. Ada langkah strategis tahap satu, dua, tiga, sampai empat tahun. Hal ini dilakukan tiada lain agar luasnya persoalan bisa ditangani dalam jangkauan yang masuk akal, terukur, dan fokus. Karenanya, GBHO menjadi acuan dan panduan mutlak dalam penyusunan Program Kerja dan kegiatan-kegiatan pengurus KPMJB setiap waktunya. Bahkan hal ini juga menjadi syarat bagi para calon gubernur dalam mempersiapkan visi misi dan program unggulannya tatkala hendak mencalonkan diri sebagai gubernur KPMJB.
/2/
Avan Senapraja.
Seorang lelaki yang menurut kajian para psikolog cukup memenuhi syarat karismatik seorang pemimpin. Berperawakan tinggi, cukup besar, pita suara ngebass dengan sedikit timbre dan resonansi penyanyi divo atau opera. Dari jauh memang tidak terlihat beda dengan Saipul Jamil, tapi jika diperhatikan secara lebih dekat, Avan lebih nyatanya lebih mirip dengan Indra Bekti yang kawin silang dengan Nassar.
Avan adalah pemuda Bogor. Tumbuh besar dengan darah raden yang terputus membuatnya menjadi pribadi yang humble, mudah bergaul, ramah lingkungan, dan sekilas terlihat sebagai kaum urban yang agamis. Pengalaman berorganisasinya cukup mumpuni untuk menjadi pemimpin KPMJB satu tahun ke depan. Saya secara pribadi tidak perlu meragukannya sebagai sosok pemimpin. Ketegasan, kepedulian, kepekaan, empati, simpati, dan kapasitas dan kapabilitas yang dimilikinya. Meskipun dalam acara Pemaparan Visi Misi kemarin (05/03/16), ia mengakui bahwa ia pandai memberi ide dan gagasan, tapi terkadang tidak bertangan dingin dalam mengeksekusi buah pikirannya sendiri.
Avan lahir dan tumbuh besar sebagai pengusaha. Dunianya lekat dengan bisnis, strategi ekonomi mikro, dan setidaknya selalu mengantarkan kita pada konklusi bagaimana cara mengoptimalkan potensi jasa menjadi dollar yang bermanfaat tatkala perut lapar. Pengalaman dan paradigma ini cukup dibutuhkan bagi kelangsungan hidup KPMJB. Setelah sekian lama dunia perbisnisan KPMJB tidak begitu menjanjikan, maka sosok pemimpin yang punya langkah-langkah strategis untuk menghidupkan perekonomian KPMJB merupakan sebuah keharusan. Karena harus diakui dengan sangat lapang dada bahwa mengandalkan jasa penyewaan aula, dapur, dan AC yang kadang hidup kadang mati adalah sebuah kekhawatiran, bahkan lebih mengkhawatirkan dibanding ketika buang air jongkok di WC duduk yang goyang.
Sosok serupa pernah muncul di periode sebelumnya. Ketika Iqbal Muhajir muncul ke permukaan sebagai calon gubernur KPMJB tahun lalu dan bersaing memperebutkan suara dengan Mukhtar Athorid. Hanya masisir yang tidak tahu internet yang tidak tahu bahwa Iqbal adalah bisnisman ulung. Sayap perdollarannya sudah terlalu sejahtera untuk seorang jomblo tanpa kepastian nikah. Ia hadir dengan ide-ide bisnis, atau setidaknya program-program yang ditawarkan cenderung menggiring warga KPMJB agar menjadi pribadi-pribadi berjiwa pengusaha. Meskipun gagal duduk di kursi KPMJB-1, pemikiran yang sama juga hadir dalam visi misinya Mukhtar Athorid. Program KPMJB Mandiri menjadi salah satu program yang digaung-gaungkan sejak masa kampanyenya, bahkan sampai sekarang di penghujung masa pengabdiannya. Iqbal, Mukhtar, atau pun Avan adalah manifestasi dari harapan masif bahwa KPMJB sedang dipandang warganya sebagai keluarga yang belum kuat jiwa kewirausahaannya.
Sayangnya Mukhtar bukanlah bisnisman sebagaimana Iqbal dan Avan. Tidak terlalu banyak perkembangan yang terlihat selama satu tahun ke belakang, selain bermunculannya pebisnis-pebisnis pemula yang masih merangkan dan itupun bersifat personal, bukan KPMJB. Sebut saja sekretaris umum yang merangkap jadi penjual jersey dan pomade, pengurus kaderisasi yang usaha sablon kaos, ada juga yang dagang jam tangan import, pengurus pasangrahan yang menjual nasi sahabat, atau bahkan saya sendiri yang malah jadi tukang kertas. Maka harapan kami, atau saya, untuk Avan dan gubernur-gubernur selanjutnya adalah bagaimana cara menghasilkan kemandirian itu untuk KPMJB secara umum.
/3/
Satu hal yang saya sesalkan dari Avan dalam perhelatan Pemilu Gubernur KPMJB tahun ini adalah tidak ada ide baru, menurut saya. Tidak ada angin segar yang menyejukkan paradigma saya sebagai warga. Barangkali memang benar bahwa program kerja itu tidak ada yang benar-benar baru. Semuanya pernah ada sebelumnya, selanjutnya hanya bicara soal pengemasan. Tapi persoalannya, terkadang kita terjebak dengan rekonstruksi sosial yang ada ketika program yang secara esensi sama terulang di kemudian waktu. Sebut saja misalnya program unggulan Sholih Pribadi, Sholih Sosial (Sosis), adalah bentuk lain dari visi kepengurusan Iwan Jaenal Aripin dua tahun lalu. Lalu Gerakan KPMJB Mandiri (Geram) adalah versi lain dari program unggulan KPMJB Mandiri milik Mukhtar Athorid. Bahkan Imam Suryansyah, salah satu panelis, menyimpulkan bahwa Avan cenderung kurang teliti dan tidak cakap dalam membedakan hal-hal yang seharusnya sudah menjadi kewajiban organisasi, malah dijadikan program unggulan. Tahun lalu, hal serupa hampir terjadi pada Mukhtar. Ada program-program yang sebenarnya sudah menjadi keharusan malah jadi program unggulan, atau menjadi visi dan misi. Untuk mengukur mana yang wajib, mana yang harus jadi visi misi pribadi calon gubernur, dan mana yang sunnah adalah dengan berkaca pada GBHO dan AD-ART. Dalam dokumen itu termaktub pengertian organisasi, visi misi dan tujuan organisasi, dan lain sebagainya. Maka dapat ditarik kesimpulan sederhana bahwa tanpa ada visi misi baru dan program unggulan baru pun, keharusan seorang Gubernur KPMJB sudah cukup banyak.
Terlalu fokus pada aspek kemandirian finansial dan rasa empati sosial nampaknya membuat kita sedikit lupa untuk membuka kembali GBHO kita bersama. Dalam langkah strategis tahap III tahun 2016-2017, di sana dipaparkan bahwa program kerja tahun ini ditekankan pada peningkatan prestasi akademik yang secara rinci disebutkan poin pertamanya : Mencetak generasi 35 Mumtaz. Lalu pada poin selanjutnya lebih kepada langkah-langkah umum untuk mewujudkan prestasi akademik yang baik. Besar sekali beban kerja ini. Saking besarnya, kiranya akan sulit jika memang tujuannya mumtaz tapi terlalu menyibukkan pikiran dengan bisnis dan wirausaha. Hanya ada dua kemungkinan dalam fenomena Avan dan Visi Misinya ini : Pertama, Avan sudah sangat mempertimbangkan semua ide dan gagasannya dengan aturan GBHO yang ada, sehingga langkah apapun yang diambil akan tetap dirasa sesuai dengan aturan yang disepakati. Hal ini dapat diterjemahkan lewat jawaban dari pertanyaan Mayam Al-Adzra, salah satu panelis dalam acara Pemaparan Visi Misi yang lalu. Contohnya, ketika ditanya mengapa dari visi misi dan program unggulan tidak ada satupun yang fokus pada peningkatan akademik, Avan menjawab bahwa semua hal akademik tersirat dan menjadi esensi dari program yang ditawarkannya. Jika kita hadir dalam acara tersebut dan mendengarkan penjelasannya secara komprehensf, mungkin kita akan paham. Tapi jika yang digunakan hanya menggunakan metode struktural, tentu kita akan sedikit kesulitan menemukan letak edukasi yang dimaksud dalam setiap program yang Avan susun. Kedua, kemungkinannya adalah Avan dan timnya memang menyusun dokumennya hanya berdasarkan fenomena sosial saat ini tanpa mempertimbangkan tupoksi GBHO, AD-ART, dan Prospektus KPMJB. Barangkali hal ini masih akan tetap berjalan, tapi Avan akan menemukan banyak hal di luar rencana. Lebih banyak di luar rencananya. Hal ini terlihat tatkala Maryam menanyakan pertanyaan lain soal Perpustakaan KPMJB dan revitalisasi Langgar Padjadjaran. Yang waktu itu dilakukan adalah mengeluarkan janji sebagai jawaban dari pertanyaan. Maka logika saya sebagai warga mencatat hal itu sebagai sebuah keniscayaan. Betapa akan bertambah beratnya beban Avan jika yang dijanjikan itu sebelumnya bukan bagian dari janjinya.
/4/
Satu hal yang terlupakan oleh Avan dalam visi misi dan program unggulannya adalah bagaimana hubungan ia dalam membangun sinergi dengan Badan Otonom (BO) dan Lembaga Khusus (LK). Dalam pemaparan yang ia lakukan selama 12 menit lamanya, 7 menit pertama dihabiskan hanya untuk pengenalan diri, keluarga, riwayat pendidikan, dan cita-cita kakeknya yang mengendarai pesawat tapi tak pernah keluar negeri. Saya turut menyayangkan 7 menit ini dan 3 menit sisa waktu yang di mata saya tidak begitu optimal. Bukankah kita sebagai pemilih yang cerdas perlu melihat secara komprehensif akan seperti apa deskripsi KPMJB satu tahun ke depan. Apakah kondisi angklung LSGP akan semakin bernada sumbang sementara jam terbang makin banyak? Sinergi apa yang akan dibentuk antara DP dan LK selain rencana menghidupkan kembali Stand Up Syariah dan Program Salat Subuh berjamaah?
Barangkali BO dan LK memang di luar kendali DP, tapi Gubernur sebagai eksekutif perlu mempertimbangkan dan turut memberi gambaran agar tidak menimbulkan kesan bahwa Avan hanya memikirkan program DP.
Sebagai epilog, saya akan mendukung Mang Avan sebagai gubernur KPMJB. Suka atau tidak suka, Avan adalah manusia biasa yang nyatanya satu langkah lebih maju dibanding warga KPMJB lainnya. Dari 332 warga KPMJB yang ada, nyatanya hanya ada satu orang yang berani maju menjadi calon gubernur dan mau bersusah payah mencurahkan ide, waktu, dan materinya untuk kebaikan KPMJB. Barangkali saya hanya menjadi bullshit dalam semua yang saya tulis. Tapi setidaknya saya berusaha untuk memberikan pandangan mengenai Avan, Visi Misi Avan, dan idealisme yang dikandung GBHO KPMJB.
Wa Allahu A'lamu bi Ash-Shawab.
Cairo, 06/03/2016
Bacalah, maka kamu akan sedikit tersesat.
BalasHapusBacalah, maka kamu akan sedikit tersesat.
BalasHapus