Menelusuri Perjalanan Psikologis Seorang "Pria yang Mencuci Piring"

Apa jadinya ketika seorang psikiater, yang notabene tukang ngobatin orang-orang sedih dan kehilangan, malah mengalami kesedihan dan kehilangan? Buku ini menawarkan perspektif menarik tentang proses berduka melalui pengalaman pribadi seorang psikiater, dr. Andreas Kurniawan, Sp.KJ., yang menghadapi kehilangan anaknya. Dengan gaya penulisan yang sederhana dan penuh makna, buku ini mengajak pembaca untuk menyelami dunia psikis seseorang yang berjuang untuk mengatasi kesedihan dan menemukan kembali kekuatan untuk melanjutkan hidup. Buku ini disusun dengan gaya yang mudah dipahami, menggunakan diksi sederhana yang cocok untuk kalangan luas. Meskipun penulis adalah seorang profesional medis yang akrab dengan istilah psikologi dan kedokteran, ia berhasil mengemas konsep-konsep tersebut dalam bahasa yang sangat mudah dipahami, sehingga pembaca dari berbagai latar belakang dapat menikmati dan mengambil manfaat dari pembacaannya. Secara struktur, buku ini terdiri dari 16 judul, yang secara berur...

Mudahnya Ngurus Visa On Arrival di Oman


Hasil gambar untuk visa on arrival oman

Beberapa waktu yang lalu, saya sempat melakukan penerbangan yang transitnya di Muscat, Oman. Awalnya gak kepikiran untuk mengunjungi negara ini, karena gak pernah ada wawasan papun sebelumnya soal negara ini. Tapi ketika dapet info bahwa paspor Indonesia bisa dapet Visa On Arrival (VOA) di Oman, saya jadi mulai tertarik. Plus, waktu itu dapet tiket paling murah yang transitnya sampe 20 jam. 

Dengan bekal bisa VOA dan transit lama itu, saya mulai googling tentang Transit Layover di Muscat. Karena di beberapa negara, penumpang yang transitnya lama bisa keluar bandara untuk city tour (seperti di Turki dan Qatar) secara gratis, atau ada juga yang berbayar. Hasil googling itu menunjukkan beberapa versi. Ada yang bilang visa transit itu gratis asal transitnya di atas 8 jam. Ada juga yang katanya bayar sebagaimana visa turis biasa. Cuma karena penjelasan yang pertama itu sangat rinci dan "kok keknya bener banget", saya percaya aja.

Hari H-pun tiba. Saya terbang dari Cairo ke Muscat, mendarat subuh hari. Nyampe pintu kedatangan, saya mendatangi Information Desk untuk nanya-nanya soal program layover itu. Si teteh-teteh Arab yang ada di desk itu agak judes, atau lebih tepatnya gak seramah dan sebersahabat orang Indonesia kalo kerja sebagai petugas informasi. Kata si teteh Arab itu, City Tour Layover memang ada dan visanya bisa gratis kalau kamu terbangnya pake Business Class ke atas. Nah gue? Udah mah pake Ekonomi, tiket promo paling murah pula! Syedih!

Sedikit kecewa sih karena dapet info yang gak akurat. Tapi daripada belasan jam di bandara gak puguh, akhirnya saya pun memutuskan untuk pergi ke loket VOA dan membayar visa di sana. Biayanya 20 Real Oman (OMR), atau setara 57 USD. Meskipun cuma kepakenya 20 jam doang, visa ini sebenarnya berlakunya bisa sampai 30 hari di Oman. Sayang beud. Prosesnya sangat cepat, langsung dikasih struk pembayaran, dibawa ke desk imigrasi, lalu sampailah di hall kedatangan yang penuh dengan kios-kios travel, penukaran uang, rental mobil, dan beberapa kedai makanan cepat saji.

Waktu itu saya sebenarnya sudah melakukan reservasi penyewaan mobil di Sixt Rental Car via online. Bahkan ketika saya ke sana pun, nama saya pun sudah ada di meja si mbak-mbak petugasnya. Tapi prosedurnya harus menyerahkan Kartu Kredit, sementara saya hanya punya Kartu Debit. Udah dirayu segimana pun, katanya gak bisa. Yaudah lah, mau gimana lagi akhirnya saya pakai transportasi lain buat keliling-keliling Kota Muscat. 

Kira-kira ada keseruan apa di Muscat? Apa aja yang mesti dilakukan dan tips-tips hemat di Muscat? InsyaAllah di tulisan selanjutnya ya ;)

04 Maret 2018.  

Komentar