|
Image taken from here |
Waktu SMA, Kami sering ikut Jihad. Jihad, Ngaji Ahad. Setiap
Minggu pagi, biasanya kami keluar kompleks pesantren jam setengah enam pagi
untuk sorogan kitab Fathul Qarib di rumah Ustadz Uus. Dalam sebuah pertemuan
yang saya lupa tepatnya kapan, guru Kami mengatakan bahwa salah satu kewajiban
seorang suami adalah menafkahi keluarganya. Nafkah sandang, pangan, dan papan. Dalam
hal pangan berarti makanan, dari mulai ketersediaan bahan sampai perut kenyang.
Beras yang dibeli oleh suami belum bisa dikonsumsi sang istri jika belum
dimasak. Berarti ada tugas yang belum sempurna. Haruskah suami yang memasaknya?
Jawabannya iya. Bahkan dari guru yang lain pun, Saya
mendapatkan jawaban yang sama. Bahkan mendapat tambahan tak hanya memasak tapi
juga mencuci baju, membersihkan rumah, dan melakukan banyak hal yang secara
umum dilakukan oleh istri.
Dalam kredo klasik patriarkis, dapur selalu dijadikan penjara
bagi perempuan. Seolah-olah memang perempuanlah yang bertugas sepenuhnya di
sana, sehingga skill jago masak menjadi keharusan bagi perempuan sebelum
menempuh jenjang pernikahan. Bagaimana jika kita berusaha untuk menjadikan hal
itu setara dalam kelezatan sepiring masakan?
Fakta dan sejarah telah membuktikan bahwa laki-laki dan
perempuan sejajar dalam makanan. Sebut saja beberapa chef dunia yang dikenal
karena kemampuan memasaknya. Dari Gordon Ramsay, Chef Juna, sampai Cecep dan Yudis,
mereka adalah deretan laki-laki ternama dalam urusan masak memasak. Bahkan
penjual makanan berspanduk khas Ayam Bakar dan Pecel Lele di pinggir jalanan se-Indonesia
pun didominasi oleh kaum laki-laki.
Dalam konteks per-mat’am-an Masisir, sebagian besar pelaku
usaha warung makan dari koki sampai pelayannya didominasi oleh laki-laki.
Lesehan La Tansa hanyalah rumah bercat biru jika ustadz-ustadz di sana tidak
menyediakan Ayam Bakar Kuah Kacang yang nyus mengundang selera. Warung Bobby
tak ada apa-apanya jika bukan karena Ayam Aladinnya. Juga jasa Mang Hamzah dan
kawanya yang telah membuat Sate Ayam dan Ayam Bumbu Bali menjadi ikon dari
kesejahteraan Warung Dua-Dua. Distrik
Asyir takkan seterkenal sekarang jika para pria Masisir enggan untuk turun ke
dapur dan membuka warung-warung makanan khas Indonesia.
Sebagai lelaki, sebenarnya, kamu hanya perlu menjaga hafalan
Alquran secara teratur, rajin salat berjamaah subuh di Masjid, tidak suka
mengumbar kebencian, adalah syarat untuk menjadi calon suami idaman perempuan
jaman now. Satu lagi syarat tambahan: harus enak dipandang. Sesederhana itu. Akan
tetapi, kepribadian itu saja tidak cukup. Enak dipandang dan rajin salawat saja
tidak akan mampu menyelesaikan berbagai masalah rumah tangga. Kamu juga harus
jago masak, agar kehidupan rumah tanggamu penuh gelora. Tak hanya di kasur,
tapi juga di dapur.
Masak Nasi
Saya belajar masak dari beberapa senior dan koki mat’am
tentang kemampuan dasar yang harus dimiliki pria Masisir di dapur. Ternyata
jawabannya adalah masak nasi pakai panci. No Rice Cooker.
Masak nasi adalah level Survival paling dasar yang harus
dikuasai pria Indonesia saat masuk dapur. Tidak perlu banyak kreativitas dalam
memasak nasi. Cukup cuci beras beberapa bilasan. Jangan biarkan warna putihnya
terlalu pudar karena beberapa khasiat beras dikhawatirkan hilang. Tambahkan air
sampai batas sepertiga telunjuk di atas permukaan beras. Jika ingin menu
pokokmu lebih unch, tambahkan daun salam sebagai pengunggah selera. Opsi
tambahan garam dan sereh pun akan menjadikan nasi biasa menjadi nasi liwet yang
luar biasa.
Biarkan pancimu dibakar api sedang sampai air genangan
berasnya mendidih dan sedikit surut. Jika sudah begitu, kecilkan api dan
biarkan selama 10 menit. Jika nasi tidak ingin menempel di dinding panci agar
panci lebih mudah dicuci, biarkan nasi selama 5-10 menit tanpa bara api.
Nasi Goreng
Nasi Goreng adalah kemampuan dasar selanjutnya yang harus
dikuasai. Kemampuan ini akan sangat berguna untuk memanfaatkan nasi sisa
semalam, kebanyakan nasi dari pemberian musa’adah, atau kondisi-kondisi lain
yang hanya akan teratasi dengan Nasi Goreng.
Nilai-nilai kearifan lokal akan membantu menciptakan sepiring
nasi goreng penggugah selera. Sepotong kencur, irisan cabai, kunyit, bawang
merah, bawang putih, gula, dan garam cukup menjadi kombinasi sederhana sebagai
bumbu. Ulek, no blended. Orang Sunda bilang, bumbu yang diulek terasa
lebih nikmat karena sari-sarinya keluar dengan sempurna. Sementara blender,
fungsinya hanya menghancurkan hubungan bukan menyatukan ikatan.
Secara literal, nasi goreng memang hanya berarti sebagai nasi
yang ditumis cepat dengan beragam bumbu pelengkap. Tapi secara semantik, nasi
goreng adalah pengantar yang baik untuk menjamu teman-teman serumah. Tambahkan
telur ayam setelah tumisan bawang putih menggelitik hidung, lalu orak arik
sampai setengah matang. Kombinasi di atas pun cukup menjadi solusi untuk membuat suasana rumah
menjadi lebih hangat dan akrab.
Sup Kosong/Isi
Sebelum memasuki musim dingin, pastikan kamu sudah punya
kemampuan untuk membuat sup hangat sederhana. Beberapa siung bawah putih
ditambah merica dan garam mampu menjadi pondasi kuat semangkuk sup. Tambahkan
ceker ayam yang harganya tak sampai 5 pound per kilogram, jika kamu ingin
merasakan sensasi kaldu ayam di dalamnya.
Tambahkan beberapa potong sayuran segar seperti wortel,
kentang, kol, dan badinjan agar supmu segar bernutrisi. Ingin stamina baca
muqorror lebih stabil? Bubuhkan daun gargir setelah wortel dan kentang.
Telur Dadar
Telur dadar adalah solusi terbaik buat kamu yang tidak punya
banyak waktu untuk memasak. Memang tidak sesimpel mie rebus atau pop mie, tapi
pilihan satu ini jauh lebih bernutrisi dan punya daya tahan kenyang yang lebih
lama dibanding mie instan.
Simpanlah beberapa telur ayam di rumahmu sebagai antisipasi
ketika kamu lapar dan teman rumahmu tidak melaksanakan jadwal masak. Pecahkan
telur dalam wadah, tambahkan gula, garam, merica, bon cabe, dan irisan bawang,
kocek lalu goreng dengan minyak yang tak terlalu banyak. Sajikan dengan nasi
putih yang masih panas, niscaya sarapan pagimu mampu menjadi awal yang baik
sebelum berangkat ke kuliah.
Ingin konten ototmu bertambah? Kocek telur dalam gelas yang
dicampur sesendok madu. Minum ramuan mentah itu dengan bahagia, lalu rasakan
khasiatnya. Jika punya uang lebih, telur ayam kampung akan lebih punya tenaga.
Mampu memasak ataupun tidak bukanlah parameter apakah seorang
lelaki adalah (calon) suami yang baik atau tidak. Tidak dipungkiri bahwa di
dunia ini tak sedikit pula perempuan yang mencari suami bukan karena jago
masaknya, tapi karena banyak duitnya. Dengan banyak duit, maka kamu bisa
menyewa jasa seorang koki untuk jadi koki keluarga. Tapi skill memasak bagi
pria jaman now adalah ikhtiar sederhana yang harus dimiliki karena manfaatnya
akan cukup berguna dalam banyak kondisi. Misalnya ketika berjodoh dengan istri
yang masak air aja gosong, ketika istri sedang sakit, sedang melahirkan, atau
sedang tidak ada di rumah.
Jadi, mau masak apa hari ini?
27 September 2017.
Komentar
Posting Komentar